Breaking News

ARTIKEL : HIKMAH PUASA DITINJAU DARI ASPEK PENDIDIKAN

 HIKMAH PUASA DITINJAU DARI ASPEK PENDIDIKAN


Oleh :

Hendriyenti, S.Ag., M.Pd.I

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Satya Negara Palembang

Datangnya bulan Ramadhan merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan, karena dari 12 bulan yang ada, hanya di bulan Ramadhan ini umat Islam bisa mendapatkan pahala yang berlipat. Ibadah puasa juga memiliki keistimewaan tersendiri jika dibandingkan dengan ibadah yang lain, menjaga kesucian iman dan takwa kepada Allah untuk memperoleh kebahagiaan dan keberkahan hidup di dunia dan di akhirat kelak. 

عن أبي هريرة رضي اللَّه عنه قال، قال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ كَتَبَ اللّهُ عَلَيْكُمْ صِيَا مُهُ فِيْهِ تُفْتَحُ اَبْوَابَ الجِنَانِ وَتُغْلَقُ اَبْوَابُ الجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ  فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرُ هَا فَقَدْ حُرِ 

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, bersabda Rasullullah Shallallahu Alaihi Wasallam: ”Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkati. Allah telah mewajibkan atas kalian shaum padanya. Di dalamnya dibuka lebar-lebar pintu-pintu surga, dan dikunci rapat-rapat pintu-pintu neraka, dan dibelenggu syaithan-syaithan. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebajikan pada malam itu, berarti diharamkan baginya segala rupa kebajikan”. (H.R.  Ahmad, An-Nasa’i, dan Al-Baihaqi, dari Abu Hurairah).

Oleh karena itu, bulan ini merupakan kesempatan berharga yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan ingin meraih ridha-Nya. Sehingga kaum Muslimin menyambut tamu agung tersebut dengan sebaik-baiknya. Imam  Ibnu Rajab dalam kitabnya Laṭāiful Ma’ārif menyebutkan bagaimana mungkin orang yang beriman tidak gembira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin orang yang pernah berbuat dosa dan ingin bertobat serta kembali kepada Allah Ta’ala tidak gembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Dan bagaimana mungkin orang yang berakal tidak gembira ketika para syaitan dibelenggu?

Selain keistimewaan di atas, banyak hikmah puasa  yang dapat diraih jika ditinjau dari aspek Pendidikan, hikmah tersebut adalah sebagai  berikut:

1. Mendidik Akan Keikhlasan 

عن أبي هريرة رضي اللَّه عنه قال،  ق ال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ . (رواه البخاري، رقم 1910، ومسلم، رقم  760 )

Dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ’anhu, dia berkata, Rasulullah sallallahu ’alaihi wa sallam  bersabda:

“Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni." (HR. Bukhari, No. 1910, Muslim, No. 760).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

Salah satu pelajaran penting yang bisa kita ambil dari bulan Ramadhan, di dalamnya ditempa untuk senantiasa ikhlas dalam beramal.

Yang dimaksud ikhlas adalah memurnikan ibadah hanya untuk Allah semata. Maka pantaslah Ramadhan disebut madrasah ikhlas

Lihat saja dalam amalan puasa disebutkan,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760, dari Abu Hurairah).

Dalam amalan shalat malam atau shalat tarawih disebutkan,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759, dari Abu Hurairah). Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat tarawih sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 6: 36.

Juga ketika seseorang menghidupkan lailatul qadar dengan shalat malam disebutkan,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901, dari Abu Hurairah).

Yang dimaksud ihtisaban dalam hadits di atas berarti beramal karena mengharap pahala dari Allah. Itulah yang dimaksud ikhlas. Yang diharap bukanlah pujian manusia. Yang diharap bukanlah semata-mata harapan dunia.

Marilah kita jadikan bulan Ramadhan sebagai madrasah untuk melatih keikhlasan. Hanya Allah yang memberi taufik.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur'an :

Begitu pula orang yang beramal hanya mengharap dunia semata, ia benar-benar merugi. 

مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ

“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy Syuraa: 20)

Semestinya kita beribadah ikhlas karena Allah.

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (artinya: ikhlas) dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS. Al Bayyinah: 5).

2. Pendidikan Kesabaran

عن أبي قتادة رضي اللَّه عنه قال، قال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :((صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صَوْمُ الدَّهْرِ))

Dari  Abu Qatadah radhiyallahu anhu berkata, berkata rasulullah shallallahu alaihi wasallam :“Puasa bulan kesabaran dan puasa tiga hari di setiap bulan adalah puasa sepanjang tahun”. [Musnad Imam Ahmad  (7567، 8965) dan Imam Muslim  (1162), dan ini lafadz riwayat Imam Ahmad].

Pelajaran yang terdapat didalam hadist:

Diantara faedah yang besar itu adalah diraihnya KESABARAN, baik dalam melakukan ketaatan kepada Allah, menjauhi kemaksiatan maupun didalam menghadapi taqdir Allah yang terasa berat dirasa oleh seorang hamba.

Seluruh ajaran agama Islam tidaklah bisa terlaksana kecuali dengan kesabaran.

Kesabaran adalah asas yang terbesar bagi setiap akhlak yang indah dan bagi upaya menghindari akhlak yang hina. Dan sabar itu adalah menahan diri dari perkara yang tidak disukai oleh hawa nafsu dan menyelisihi seleranya, dalam rangka meraih ridho Allah dan pahalanya.

Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah madrasah yang agung dan bangunan (keimanan) yang tinggi, yang para hamba mengambil darinya banyak ibroh dan pelajaran bermanfaat yang mendidik jiwa dan meluruskannya pada bulan Ramadhan ini dan di sisa umurnya. Dan salah satu (pelajaran besar) yang diambil oleh orang-orang yang berpuasa di bulan yang agung dan musim yang diberkahi ini adalah membiasakan diri dan membawanya kepada kesabaran, oleh karena itu , terdapat dalam beberapa Hadits, (bahwa) Nabi yang sangat penyayang “shallallahu ‘alaihi wa sallam” mensifati bulan Ramadhan dengan “bulan kesabaran”.

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur'an :

Yakni Aku akan memberikan pahala yang banyak kepada orang yang sabar tanpa menentukan kadarnya. 

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (Az-Zumar: 10)

Perintah ini tidak dapat diterima, tidak dapat pula diamalkan kecuali hanyalah oleh orang yang sabar dalam menjalaninya, obyek sabar: sabar dalam ketaatan, sabar tidak berbuat maksiat,  sabar didalam menghadapi taqdir Allah yang terasa berat dirasa oleh seorang hamba. Karena sesungguhnya hal ini amat berat pengamalannya.

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fussilat:35)

3. Mendidik dan Melatih dalam Pengendalian Diri

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الظَّمَأُ وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ

Artinya :”Betapa banyak orang yang shaum, tidaklah memperoleh  apa-apa baginya dari shaumnya selain lapar, dan betapa banyak orang yang mendirikan shalat, tidaklah memperoleh apa-apa baginya dari shalatnya kecuali lelah”. (H.R.. Ad-Darimi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:

Ada perilaku yang membatalkan pahala puasa tapi tidak membatalkan puasanya (Ghibah, Hoax, berdusta, memandang sesuatu dengan syahwat/birahi, sumpah PHP, berkata kotor, dan lain-lain). Yang pastinya diera sekarang ini sadar atau tidak sadar kita sering melakukannya. 

Untuk itu, kita perketat penjagaan pribadi kita dari perkataan dan perbuatan dosa, yang hanya akan merusak nilai ibadah puasa.

Jika ini bisa kita lakukan, puasa dengan penuh keimanan dan kesadaran, insyaAlloh dari ibadah puasa ramadhan ini dapat menjadikan penghapus dosa-dosa yang lalu dan menjadikan kita orang-orang yang  taqwa. 

Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur'an :

Puncak daripada tujuan disyariatkan puasa dan bentuk puasa yang diinginkan oleh Alloh ‘azza wa jalla, supaya menjadi orang yang taqwa artinya untuk tidak berbuat maksiyat. Puasa mampu membendung finah syahwat entah itu fitnah syahwat butun atau faroj. Semua kemaksiyatan sumbernya dari syahwat itu. Maka orang berpuasalah tidak bisa meninggalkan maksiyat ia hanya mendapatkan lapar dan dahaga.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi insan yang bertakwa” (QS. Al- Baqarah: 183).

4. Mendidik dan menumbuhkan Sifat Empati dan Kepedulian Sosial.

Puasa Ramadan mengajarkan empati dan keprihatinan terhadap orang-orang yang kurang beruntung. Melalui pengalaman menahan lapar dan haus, umat Islam lebih memahami penderitaan orang lain yang mungkin mengalami kesulitan dalam mendapatkan makanan sehari-hari. Dengan berpuasa orang yang tadi kurang atau tidak peduli dengan penderitaan dan kesulitan orang lain, menjadi semakin berempati dan peduli dan mau mengulurkan tangan dengan menyisihkan sebagian hartanya untuk dibagikan dan disedekahkan kepada orang-orang yang kesulitan ekonominya. 

5. Mendidik Kedisiplinan

Melatih disiplin merupakan hikmah puasa Ramadhan berikutnya. Orang yang menjalankan puasa harus disiplin sejak mulai fajar hingga berbuka. Kita harus bangun lebih awal untuk sahur dan menahan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa seperti, makan, minum, nafsuh syahwat, ghibah, iri dengki, amarah, dan lain sebagainya. 

6. Puasa Membentuk Karakter Pribadi Muslim

Keistimewaan dan kemulian Ramadan memiliki orientasi dan makna yang luar biasa sebagai media pendidikan pada pembentukan karakter diri menuju derajat takwa yang mulia dan mengubah kualitas secara pribadi maupun secara sosial.

Kecenderungan orang yang berpuasa akan bersikap, berkata, berpikir dan bertindak lebih hati-hati karena dirinya merasa diawasi oleh Sang Khaliq Allah Subhanahu Wata'ala. Puasa membuat perilaku dan emosional seseorang lebih konsisten, melalui niatan Lillahi Ta’ala melangkah seharian secara fokus dengan menyelaraskan pijakan yang memadu padankan antara ilmu dan amal untuk pemenuhan tuntunan ibadah dan syariat sesuai Al-Quran dan Sunnah, hal ini bukan hanya dalam kaitan puasa tapi dalam seluruh aspek ibadah yang dijalankan. 

Puasa juga dapat membentuk kecerdasan otak dan emosional. Selain spiritual dan emosional, puasa juga dapat memicu perkembangan kecerdasan intelektual seseorang. Pada akhirnya aktivitas sekolah Ramadhan membentuk nilai keshalehan yang mencetak pribadi yang ta’at, dinamis, progresif, berakhlak dan sholeh secara pribadi yang kokoh dan tangguh dan siap berinteraksi dan bersaing dalam komunitas sosial yang lebih luas di masyarakat, nasional, dan internasional.

وَإِنَّمَا الأَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ  فَإِنْ هُمْ ذَهَبَتْ أَخْلَاقُهُمْ ذَهَبُوْا

Artinya : “Sesungguhnya kejayaan suatu umat (bangsa) terletak pada akhlaknya selagi mereka dan berakhlak dan berbudi perangai utama, jika pada mereka telah hilang akhlaknya, maka jatuhlah umat (bangsa) itu”

Dengan demikian setiap ibadah yang kita lakukan sudah seharusnya dapat diambil hikmahnya, termasuk ibadah puasa. Semoga semuah hikmah dari mpuasa inindapat membentuk karakter dan kepribadian yang lebih baik dari yang sebelumnya. Semoga kita  bisa bertemu lagi di Ramadhan-Ramadhan berikutnya. Dan semoga tulisan ini bermanfaat. (*)

Tidak ada komentar